Sunday, March 27, 2011

MENGKUATKAN YANG LEMAH

Kenyataan sekarang ini para pemilik modal raksasa terus melakukan ekspansi bisnisnya ke segala pelosok. Pengusaha Pasar Modern, mini market, toko serba ada, terus melebarkan sayap, di kota-kota besar maupun kecil, terutama di tempat-tempat yang mudah terjangkau. Bahkan sudah sampai ke tingkat desa.

Hal ini tidaklah dapat dipungkiri, karena mereka menjalankan naluri bisnisnya, mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Tentu saja mereka tidak mempedulikan keberadaan para pedagang yang sudah lebih dahulu berjualan di sekitar situ.

Bahkan yang lebih mengherankan lagi, terjadi penggusuran pelan-pelan tapi dilakukan secara bareng-bareng. Seolah-olah mereka bersaing secara serius. Setiap ada Supermarket "I" pasti di sebelahnya atau di depannya ada toko modern "A". Seakan-akan mereka bersaing, padahal mereka menciptakan pasar bersama, merebut pelanggan pedagang lama secara berjamaah.

Karena didukung modal yang besar, managemen yang rapi, pelayanan standart, dan jaringan yang solid, mereka kelihatan semakin KUAT, bisnis mereka semakin menggurita.

Sebaliknya para pedagang lama, karena mereka berjuang secara 'munfarid', modal kecil, pelayanan ala kadarnya, dan lebih banyak 'menunggu bola', maka keberadaan mereka semakin lemah, tak berdaya.

Jika ada solusi MELEMAHKAN yang KUAT, misalnya membatasi keberadaan pembukaan lokasi baru bagi yang kuat, saya pikir tidaklah mungkin. Mereka sudah punya strategi menghadapi kendala seperti itu.

Saya setuju jika ada solusi MENGKUATKAN yang LEMAH, para pemain lama diberi tambahan life skill, ada pendampingan, entah apa bentuknya, intinya membuat mereka bisa berdaya lagi, mereka semakin FIGHT.

Bisa juga mencetak Entrepeneur-entrepeneur baru melalui Perguruan Tinggi, sekolah-sekolah maupun pondok pesantren.

Tulisan ini sebagai tanggapan dari artikel Prof. Imam Suprayogo : http://www.facebook.com/notes/imam-suprayogo-dua/budaya-enggan-berbagi/10150131772734828

No comments: