Sunday, March 27, 2011

Mitigasi Keteladanan

Senin Kemarin, saya dapat telpon dari seorang manager sebuah lembaga training, singkatnya saya diminta menggantikan trainer yang tidak bisa hadir pada jadwal yang telah direncanakan. Saya menyanggupi tawaran sang manager, karena tugas itu bisa saya lakukan setelah tugas pokok saya. Siang itu sehabis menyelesaikan tugas rutin di kantor, saya menuju tempat yang diberitahukan saat hubungan telpon. Sebuah SMK di pinggrian kota Malang.

Pada sesion awal presentasi yang saya sampaikan tentang potensi alam Indonesia :

Freeport dengan kandungan potensi 7,3 JUTA ton tembaga dan 724,7 JUTA ton emas, Jika dirupiahkan .... Rp. 300.000 dikali 724,7 JUTA ton emas/ 724.700.000.000.000 Gram = 217.410.000.000.000.000.000 Rupiah !!!!!

INDONESIA hanya kebagian 1% nya saja sedangkan Amerika dapat mengantongi 99%.

Selain Tembaga dan Emas masih ada kandungan URANIUM, yang harganya 100 x lebih mahal dari emas. (http://www.antaranews.com/berita/1279065051/freeport-produksi-uranium-secara-diam-diam).


Masih ada lagi kekayaan alam kita, Blok Natuna dengan Cadangan Gas Alam TERBESAR di dunia yang mencapai 202 triliun kaki kubik yang dikelola Exxon Mobil, sedang Pertamina hanya berperan sebatas membantu. Kita juga memiliki Hutan Tropis dengan Luas 39.549.447 Hektar (terbesar di dunia), Keanekaragaman hayati dan plasmanutfah terlengkap di dunia, yang mampu menjaga keseimbangan iklim. Laut kita, Lautan terluas di dunia, dikelilingi dua samudra, yaitu Pasific dan Hindia, memiliki jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki negara lain. Jumlah Penduduk terbesar ke 4 di dunia.

Tanah yang subur, banyak gunung berapi yang aktif serta dilintasi garis khatulistiwa yang banyak mendapat sinar matahari dan hujan. Banyak tempat wisata eksotis yang mampu mendatangkan turis mancanegara, tentunya dari pengelolaan wisata itu dapat menambah devisa negara yang cukup besar.

Dan ironisnya:

Kita sudah merdeka sejak 1945, masih kita jumpai pemandangan yang sangat memprihatinkan. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Capai 31,02 Juta Jiwa (http://www.tribunnews.com/2010/07/01/jumlah-penduduk-miskin-indonesia-capai-3102-juta-jiwa), jumlah pengemis dan pengamen semakin bertambah, tidak hanya orang usia dewasa namun usia anak sekolah jumlahnya semakin banyak.

Tahun - tahun terakhir ini dapat dipastikan banyak pedagang di sekeliling kita yang tutup atau tetap masih buka dengan kondisi sepi pembeli. Karena kalah bersaing dengan kekuatan gurita supermarket, minimarket, toko serba ada yang didukung modal raksasa, yang sudah merambah tidak hanya di kota-kota namun juga sampai ke desa-desa.

Itulah materi sesi awal yang saya sampaikan kepada siswa SMK di pinggiran Kota malang, dengan tujuan agar para siswa memiliki kepedulian sosial, tersentuh hati nuraninya, agar mau merubah cara berfikirnya, minimal membangun dirinya sendiri dan untuk lingkungannya, lebih luas lagi untuk bangsanya.

Pada sesi berikutnya setelah penyajian materi tentang kehebatan otak manusia, saya melibatkan semua peserta untuk uji diri tentangi dominan otak kiri atau otak kanan. Setelah semua pertanyaan yang berjumlah 40 soal dijawab, para siswa bisa menyimpulkan sendiri dominan otaknya, ada yang dominan ke kanan ada yang dominan ke kiri, ada pula yang seimbang antara otak kanan dan otak kirinya. Saya agak kaget setelah dihitung siswa yang dominan otak kirinya lebih dari separoh jumlah peserta.

Ini pertanda bahwa :

  • lebih banyak siswa yang memiliki sifat egois,
  • lebih banyak siswa yang berpandangan sempit
  • lebih banyak siswa yang cenderung suka mencari perbedaan dari pada persamaan
  • Dan tentu lebih sedikit siswa yang memiliki keyakinan yang kuat untuk mewujudkan cita-citanya
  • Lebih sedikit siswa yang mampu mengembangkan daya imajinasinya.
  • Lebih sedikit siswa yang mempu menjalankan kegiatan spiritual.

Usai mengisi training karakter building, masih ada satu acara lagi. Saya harus menghadiri undangan rapat dari komunitas kawan-kawan SMK Pesantren. Rapat tentang pembentukan Santri Tanggap Bencana. Walau datang terlambat ternyata acara belum usai. Saat pembahasan susunan organisasi nama saya dicantumkan di jajaran kepengurusan di Devisi Mitigasi.

Terus terang saya gak ngerti blass... apa itu mitigasi, pengertiannya gak ngerti apalagi tugas-tugasnya. Tapi saya diam aja saat nama saya ditulis oleh pemimpin rapat, kalau saya bertanya tentang mitigasi dan tugas-tugasnya di forum rapat, paling-paling kawan-kawan akan menyalahkan saya, malah memojokkan saya, karena semua yang hadir sudah tertulis di posisi masing-masing. Saya menyadari kesalahan saya datang terlambat, dengan siap resiko ditempatkan di posisi apa saja. Saya bersikap optimis, toh nanti saat ada kegiatan pasti akan digarap bareng-bareng.

Sesampai di rumah rasa penasaran yang tak tertahankan, segera saya lacak di www.google.com dengan kata kunci 'mitigasi bencana' [enter] ditampilkan beberapa link halaman web terkait mitigasi, ketemu lah pengertian mitigasi bencana seperti yang tertulis di bawah ini.

Mitigasi bencana merupakan suatu usaha baku yang harus dilakukan oleh semua komponen, baik masyarakat, pemerintah, maupun pengusaha. Mitigasi bencana harus dilakukan dengan niat tulus iklas karena keinginan membantu sesama mahluk hidup agar luput dari bencana. mitigasi bencana tidak hanya dibangun untuk menyelamatkan manusia saja, tetapi juga untuk seluruh mahluk hidup.

Mitigasi bencana harus dilakukan untuk semua tipe wilayah di seluruh indonesia. Baik di pegunungan dengan bencana gunung berapi, didaerah rawa dengan banjir, dipantai dengan interusi dan aberasi, digambut dan areal hutan dengan kebakaran hutannya. Dalam konteks ini kegiatan mitigasi harus juga dilakukan dengan memperhatikan bagai mana meminimalkan dampak dan bagaimana memulihkannya serta bagaimana mencegahnya.

Setelah mengetahui penjelasan global tentang mitigasi bencana, di benak saya malah muncul opini yang jauh lebih penting bagi bangsa ini, yaitu mitigasi keteladanan. Generasi saat ini sangat prihatin melihat peristiwa-peristiwa yang terekspose di media masa. Banyaknya pejabat kita yang harus diadili di meja hijau, bahkan orang-orang yang biasanya memenjarakan terpidana, malah masuk penjara. Para publik figur, termasuk artis yang banyak dipuji dan disanjung-sanjung segala tingkah pola banyak ditiru penggemar, ujung-ujungnya terkena kasus berat yang berurusan dengan yang berwajib.

Bangsa ini kini mengalami krisis keteladanan, ini juga termasuk bencana. Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kebakaran, badai, tanah longsor memang tergolong bencana yang dahsyat, tapi krisis keteladanan jauh lebih dahsyat dampaknya terhadap ketahakan mental, budaya bangsa kita.

Maka diperlukan mitigasi keteladanan, harus ada usaha baku yang harus dilakukan oleh semua komponen, baik masyarakat maupun pemerintah. Mitigasi keteladanan harus dilakukan dengan niat tulus ikhlas karena keinginan membantu sesama agar luput dari krisis keteladanan. Mitigasi keteladanan tidak hanya dibangun untuk menyelamatkan bangsa dan negara, tetapi juga untuk generasi yang akan datang.

No comments: