Berdakwah lewat kegiatan pendidikan dan dijalankan dengan pendirian sekolah maupun perguruan tinggi biasa dilakukan oleh Muhammadiyah, terutama di wilayah kota.
Di Wilayah desa biasanya kegiatan dakwah didominasi oleh orang-orang NU. Pondok Pesantren banyak kita jumpai di wilayah pedesaan bahkan sampai ke pucuk gunung sekalipun.
Kini Keduanya cenderung menuju ke titik temu, Muhammadiyah mulai mengembangkan sayap metode berdakwahnya, mulai membangun pondok pesantren, seni budaya lokal dianggap penting sebagai media dakwah. Si NU sudah tidak menutup diri lagi, tidak hanya mengajarkan ilmu salaf, kini pondok pesantren dimana-mana membuka sekolah umum mulai SD, SMP, SMA bahkan akhir akhir ini banyak Pondok Pesantren rame-rame membuka SMK.
Jika keduanya sudah sampai pada titik temu yang solid, perlu diperkuat lagi merancang Sekolah dengan Standart Karakter. Pada dasarnya pendidikan itu kan proses perubahan tingkah laku anak didik, proses pembentukan watak, proses copy paste kemandirian, keteladanan.
Maka disinilah perlunya Pendidikan Standar Karakter, dan bukan pendidikan standar Kewilayahan (Nasional atau International). Saya kira Sekolah Standart Karakter lebih fleksible dan sudah mencakup standart nasional maupun international, bahkan bisa lebih dari itu (dunia wal akhirat). semoga berguna.
tulisan ini sebagai tanggapan dari artikel Prof. Imam Suprayogo : http://www.facebook.com/notes/imam-suprayogo-dua/melihat-nu-dan-muhammadiyah-dalam-bingkai-misi-yang-sama/10150153549974828
wassalam,
Bsj
No comments:
Post a Comment