Suatu daerah sebelum ada kaum pendatang kelihatan adem ayem, tidak banyak kelihatan aneka macam kegiatan perniagaan. Pagi hari paling-paling yang terlihat orang-orang memanggul cangkul sambil membawa sabit berangkat menuju persawahan. Kaum ibu-ibu sibuk mempersiapkan masak makanan untuk keluarga mereka. Anak-anak berangkat sekolah. Malam hari orang kampung biasa njagong ngomong ngalor ngidul sampai larut. Itulah sekilas potret kehidupan yang berlangsung terus menerus dan turun temurun.
Tahun tahun berikutnya daerah itu mulai berubah, tidak hanya dimonopoli oleh kegiatan pertanian yang sudah turun temurun, mulai ada kegiatan perniagaan, toko-toko kecil bermunculan, usaha-usaha bidang jasa satu per satu tumbuh. Seiring masuknya pelayanan listrik, mulai ada bengkel, ada warnet, jasa potong rambut, ada yang bergerak usaha transportasi, malam hari diramaikan warung-warung makanan, bahkan akhir-akhir ini kelompok bisnis retail, mini market ikut-ikutan meramaikan kegiatan bisnis. Singkatnya daerah itu sekarang nampak sekali geliat roda ekonominya.
Tentu kita akan memaklumi perubahan potret kehidupan di daerah itu sangat diwarnai oleh kehadiran kaum pendatang. Kaum Pendatang itulah yang secara tidak langsung mengubah pola hidup dan gaya hidup warga setempat. Umumnya para pendatang melakukan kegiatan perdagangan, hampir jarang ditemui para pendatang itu berstatus pegawai apalagi pegawai negeri.
Tidak dipungkiri bisnis kaum pendatang ini lebih cepat berkembang, dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa ekpansi ke bisnis lain. Mereka memang jeli melihat peluang. Jika mereka menempati daerah persawahan yang luas dan subur, idenya mendirikan jasa selep padi, toko perlengkapan pertanian. Kejelian itu terus berkembang, melihat kenyataan transportasi semakin ramai, usaha bengkel, suku cadang kendaraan, asesoris kendaraan, tumbuh di mana-mana.
Demikian pula jika daerah tujuan bagi kaum pendatang itu wilayah yang berbasis pendidikan dan perdagangan, didirikanlah toko alat tulis kantor, jasa foto kopi, usaha konfeksi, usaha percetakan, toko serba ada, toko elektronik sampai toko bangunan. Bahkan usaha-usaha berbasis produksipun banyak dilakoni oleh kaum pendatang, misalnya usaha krupuk, camilan, makanan ringan maupun memproduksi bahan untuk keperluan lauk-pauk. Pokoknya mereka sangat peka sekali usaha apa saja yang sangat prospektif.
Ada beberapa kelebihan yang bisa kita amati dari karakter kaum pendatang :
1. Impian yang kuat
Mimpi sangat berbeda dengan Impian. Kalau mimpi syaratnya seseorang harus tidur dulu baru bisa mimpi. Impian syaratnya berbeda, seseorang bangun dulu dari tidur terus mengejar Impian. Impian identik dengan cita-cita, keinginan, harapan yang sangat kuat. Para pendatang membangun impian terlebih dahulu sebelum membangun bisnis mereka. Bisnis dianggapnya sebagai alat untuk mewujudkan impian mereka. Bagi mereka bisnis bukanlah tujuan. Kaum Pendatang tidak akan pulang sebelum Impian nya menjadi kenyataan.
Soal impian orang-orang Suku Bugis sangat kuat sekali dengan pepatah nenek moyang mereka:"Tiba di pantai sebelum berlayar". Mengarungi lautan yang penuh dengan tantangan bagi orang Bugis bukanlah halangan untuk bisa sampai di pantai tujuan. Dream mereka harus sampai, harus berhasil apapun rintangannya.
Saya pernah nonton film kungfu, seorang Guru sedang mengajarkan teknik "Menang sebelum bertanding" kepada murid-muridnya. Ini karakter yang ditanamkan oleh guru agar muridnya selalu bersemangat untuk menang, untuk berhasil. Karakter ini akan selalu membakar spiritnya, mengerahkan segala kekuatannya untuk menang.
Dalam suatu perjalanan saya pernah tiba-tiba dibenak saya terpikir kalimat "Mulailah dari yang akhir", kontan saja sahabat saya yang sedang pegang setir mobil mengatakan " Lhooo itu kan sudah ada di Qur'an Surat 93 ayat 4
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582].
[1582]. Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. Ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.
2. Kaum Pendatang adalah Pecandu Kerja.
Tidak ada yang menyukai bekerja lebih dari para perantau. Tidak ada istilah dalam kamus mereka untuk berhenti menikmati waktu dan hidup. Setiap detiknya adalah uang. Dan tidak semestinya mereka menghabiskan waktu tanpa rasa bersalah. Bekerja selama 40 jam per minggu mungkin terdengar cukup membosankan dan menekan bagi kaum pribumi. Tetapi lain halnya dengan kaum pribumi, semakin panjang jam kerja yang mereka harus jalani, semakin mereka senang karena itu berarti akan ada lebih banyak uang dan penghasilan yang bisa ditabung.
Kaum pendatang bisa bekerja selama 60, 70, bahkan 80 jam per minggu. Mungkin terdengar seperti sebuah fenomena yang tidak sehat bagi keseimbangan hidup seseorang dalam berbagai aspek. Namun, begitulah satu-satunya cara yang mungkin dilakukan demi mendapatkan jumlah uang yang lebih banyak. Bahkan memiliki lebih dari satu pekerjaan penuh waktu bukanlah hal yang aneh ditemui pada kaum perantau.
3. Kaum Pendatang Selalu Menjalin Sillahturrahim
Unsur kebersamaan dan persatuan yang kuat sangat tercermin dalam suatu masyarakat pendatang. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan, yang pada gilirannya memperkokoh solidaritas di antara anggota-anggotanya.
Kita bisa lihat kebersamaan itu bahkan saat mereka belum mendarat di tanah asing. Kaum pendatang suka berdatangan dalam jumlah besar, bukan seorang diri.
Dan pendatang yang sudah lama menetap di tanah asing biasanya akan dengan sukarela membantu pendatang baru yang masih memiliki banyak keterbatasan, terutama dalam hal ekonomi. Para senior umumnya dengan senang hati mencarikan tempat tinggal, harta benda, pekerjaan, dan sebagainya. Mereka bahu membahu untuk mencapai kesuksesan. Dan saat pendatang yang baru telah sukses, ia akan dengan senang hati juga membantu pendatang lainnya yang belum seberuntung dia.
Lantas di akhir catatan ini mungkin saja seseoarang bertanya, "Apa mungkin saya bisa berhasil seperti pendatang, lha wong saya sejak lahir tetap disini?. Mungkin saja bisa, asal seseorang itu bisa meniru karakter pendatang, atau cobalah sekali kali jadi warga perantau, pasti akan merasakan bagaimana naiknya adrenalin keberanian dan kenekatan. Semoga bermanfaat.
Thursday, August 11, 2011
Belajar dari Karakter Kaum Pendatang
di
Thursday, August 11, 2011
Label:
artikel,
catatanku,
entrepreneur,
gaya hidup,
info tokoh,
kemandirian,
kiat,
motivasi,
otak kanan,
pesantren,
Psycho Cybernetic,
tips
Diposting oleh
embasjori
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment