Tuesday, July 5, 2011

Perlunya Selingan bagi Pembicara




Memiliki kemampuan 'Penghancur Suasana yang Beku' atau lebih dikenal dengan Ice Breaker bagi pembicara yang tampil di depan audiens sangatlah penting. Ketika terjadi kejenuhan peserta dalam suatu seminar, rapat atau pelatihan yang panjang, maka suasana perlu disegarkan kembali oleh pembicara.

Kebekuan suasana bisa kita jumpai, saat audiens sedang mengikuti suatu ceramah, seminar, diskusi maupun rapat yang membahas suatu topik. Apalagi audiens tidak saling mengenal, peserta sudah mengalami kelelahan, mereka sudah mulai mengantuk, kondisi para pendengar sedang laparpun akan sangat mempengaruhi daya interaktif peserta dengan pembicara. Bahkan kalau pesertanya sudah saling mengenal, ada kecenderungan mereka berbicara sendiri-sendiri.

Dengan Ice Breaker seorang pembicara bisa mengalihkan situasi dari yang membosankan, suasana mengantuk, menjenuhkan, tegang menjadi rileks, menjadi bersemangat, timbul kembali perhatian dan rasa senang untuk mendengarkan pembicara di depan ruang pertemuan.

Bila pembicara mampu menggiring perhatian peserta pertemuan, maka akan terasa bahwa acara yang berlangsung dalam beberapa jam menjadi tidak membosankan. Bahkan ada yang merasa kurang dengan waktu pertemuan yang telah disediakan.

Dari pengalaman di beberapa tempat, ketika menyampaikan materi training, biasanya setelah 90 menit atau lebih, baik pembicara maupun peserta mengalamai kelelahan dan kejenuhan. Padahal materi yang harus disampaikan masih cukup banyak.

Maka di sinilah perlunya aji-aji selingan (Ice Breaker) harus dikeluarkan. Selingan bisa berupa cerita anekdot, pengalaman pribadi, maupun jenis permainan ringan, kuis juga bisa.

Yang sering saya mainkan kalau menghadapi audiens pelajar-mahasiswa adalah permainan patah pensil, dan biasanya sangat menarik perhatian mereka. Di permainan jenis ini peserta bertarung melawan keyakinan yang dibangunnya sendiri. Ada yang langsung berhasil, namun ada juga yang selalu ragu-ragu mencoba dan beberapa kali gagal.

Kalau audiensnya kebanyakan usia dewasa, kita bisa ajak mereka berdiri semua, kita peragakan senam otak dan peserta kita ajak untuk menirukan, lalu kita putarkan video senam otak. Di selingan jenis ini mereka bisa bersemangat kembali, ngantuk hilang, ganti tertawa terbahak-bahak karena mentertawakan kesalahan diri sendiri. (lihat Foto)

Model tanya-jawab juga bisa dijadikan alat untuk mencairkan suasana yang membosankan. Model ini juga bisa untuk mengukur sejauh mana audiens bisa menyerap penjelasan pembicara. Malah dengan tanya jawab ini kadang muncul humor spontan dari peserta sendiri, tentu akan menjadikan lebih cairnya suasana. Ada beberapa kondisi untuk menyatukan perhatian audiens :

  • Kalimat yang bisa menarik perhatian audiens dalam 10 menit pertama
  • Adanya gerakan fisik yang mampu mengundang perhatian peserta
  • Melibatkan dalam pembahasan topik materi yang sedang disampaikan
  • Adanya bunyi-bunyian yang bisa menstimulus pendengar. (misalnya ilustrasi musik pada tampilan teks materi)
  • Anekdot yang bisa membuat semua tersenyum bahkan tertawa
  • Mungkin juga perenungan yang menghendaki jawaban bersama
  • Bisa juga Intonasi suara atau teknik memainkan microphone perlu juga dikuasai pembicara

Semua itu bisa dilakukan sifatnya kondisional, yang penting bisa mengubah suasana hening dan tegang menjadi dinamis, suasana kaku, beku, bisu menjadi cair dan segar. Jika sudah dalam kondisi segar maka peserta akan mudah menerima berbagai penjelasan.




No comments: