Friday, June 3, 2011

Membungkus Rasa Sakit





Siapapun akan berkata kegagalan akan terasa sangat sakit jika pernah mengalaminya, tetapi keberhasilan begitu indah kalau saja kita mampu berusaha keluar dari zona kegagalan tersebut. Ada sebuah contoh yang sangat sederhana yang bisa mewakili arti kegagalan dan keberhasilan.

Contoh sederhana ini biasanya saya kemas satu rangkaian dalam penyampaian materi mindset entrepreneur di beberapa tempat dalam bentuk permainan patah pensil. Permainan ini sering digunakan untuk memotivasi murid-murid kelas akhir dan biasanya sangat menarik perhatian mereka. Permainan ini juga sering digunakan untuk membekali peserta training yang akan memulai kegiatan baru.

Permainan ini disampaikan setelah memberikan penjelasan tentang kehebatan otak manusia, fungsi otak kiri dan otak kanan. Otak kiri hebat di segi logika sedang otak kanan unggul di segi Intuisi.

Setelah saya menunjukkan beberapa pensil yang masih baru, berikutnya saya meminta 3 peserta untuk maju. Tiga peserta tadi saya minta untuk memanggil kawannya masing-masing seorang, sehingga di depan sudah ada 6 orang. Tiga orang pertama saya minta untuk siap-siap mematahkan pensil dengan telunjuk jarinya. Tiga temannya yang lain memegang pensil.

Awalnya tidak perlu memandu tekniknya mematahkan supaya pensil tersebut patah. Setelah hitungan ketiga peserta melakukan gerakan mematahkan pensil dengan telunjuk mereka. Hasilnya, pensil tadi ada yang langsung patah jadi dua. Namun kebanyakan tanpa diberi panduan tekniknya terlebih dahulu biasanya pensil tersebut tetap utuh, bahkan peserta akan meringis kesakitan.

Saya minta untuk mencoba lagi, ayo coba lagi, tetep tidak bisa patah. Saya tanya peserta bagaimana rasanya telunjuk Anda setelah mematahkan pensil tapi tidak patah ?

Perseta menjawab : "Sakit pak... !!!, saya sudah mencoba 10 kali masih belum patah pak !!!"

Tidak hanya sakit tapi Anda juga ditertawakan oleh teman yang lain.

Saya jelaskan kepada seluruh peserta, bahwa Itulah gambaran orang yang mengalami kegagalan. Rasanya sakit, malu, minder. Bahkan siswa yang gagal dalam menempuh Ujian Nasional, bisa nangis histeris.

"Mau tahu supaya patah pensilnya ?" tanya saya kepada peserta.

Perserta :" Mau Pak !!! gimana pak?"

Tadi kalian mematahkan pensil itu karena sampeyan menggunakan logika. Logikanya, anda berpikir bahwa jari telunjuk yang halus, tidak akan bisa mengalahkan pensil dari kayu yang keras. Dan Anda pun ragu-ragu, tidak yakin akan bisa mematahkan.

Coba sekarang letakkan telunjuk Anda nempel di pensil, bayangkan jari telunjuk Anda sekarang keras seperti besi. sambil bergumam dalam hati, kali ini harus putus, harus patah, saya harus lulus ujian. Kemudian tarik keatas dan ayunkan dengan kuat dan cepat ke arah pensil. Teknik ini membimbing untuk mengeluarkan potensi intuisinya.

"C l e q...", dan pensil patah jadi dua. Teman-temannya sepontan tepuk tangan melihat temannya berhasil mematahkan pensil. Dia tersenyum lega.

Saya tanya " Bagaimana ? sakit ndak?, Dia hanya geleng kepala, dan kembali ke tempat duduk semula.

Ya begitulah rasanya, kegagalan memang terasa menyakitkan, memalukan, kadang membuat orang bisa putus asa. Tapi kalau kita bisa mensiasatinya, maka keberhasilan akan bisa kita peroleh dengan mudah dan senang. Rasa sakit itu akan hilang manakala kita bisa membungkusnya dengan keberhasilan.



No comments: