Jakarta - JENI diharapkan akan menjaring 12.000 mahasiswa dalam waktu satu tahun. Sebanyak 58 kampus pun telah disiapkan untuk memenuhi target ini. Siapa sih JENI? JENI adalah singkatan dari Java for Education Network in Indonesia. Program yang dikembangkan oleh berbagai pihak, termasuk Departemen Pendidikan Nasional dan Java User Group Indonesia, ini merupakan sistem belajar online bahasa pemrograman Java. JENI merupakan bagian dari program Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) yang berupaya menghubungkan institusi pendidikan di seluruh Indonesia ke internet.
Program ini mulai diperkenalkan pada publik lewat gelaran Java Night Festival (JNF) di Kampus Universitas Gunadarma, Depok, yang berlangsung Jumat 3 Agustus 2007 hingga Sabtu 4 Agustus 2007. Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Departemen Pendidikan Nasional, Gatot Hari Priowirjanto, mengatakan program JENI ini dikembangkan bersama-sama untuk diterapkan di 58 perguruan tinggi. Ia berharap JENI bisa menjaring hingga 12.000 mahasiswa dalam satu tahun. Nantinya, mahasiswa yang mengikuti JENI akan mendapatkan sertifikasi untuk setiap tingkatan JENI yang dilaluinya. Saat ini JENI disebut terdiri atas enam tingkatan, mulai dari pengenalan Java hingga pemrograman game di Java.
Matt Thompson, Director Technology Outreach and Open Source Programs Office Sun Microsystem, mengatakan sebenarnya program ini terdiri dari sembilan tingkat. "Bahkan nantinya akan menjadi 10 tingkat," tuturnya ketika ditemui wartawan pada gelaran JNF. Sertifikasi InternasionalProgram JENI, ujar Matt, dikembangkan dengan mengacu pada program sejenis di Filipina. Program bernama JEDI tersebut, ujar Matt, juga sedang dipelajari oleh Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Sedangkan Brasil, sama seperti Indonesia, sudah mulai menerapkannya.
Harry Kaligis, General Manager Business Development Sun Microsystem Indonesia, mengatakan nantinya akan ada sertifikasi kelas internasional yang disubsidi oleh Sun Microsystem. Ujian untuk mendapatkan sertifikasi ini bisa diikuti oleh pemegang sertifikasi JENI. Namun, Harry belum bisa memastikan berapa biaya sertifikasi tersebut. "Normalnya, jika tidak disubsidi, itu US$ 150. Kita sedang hitung, supaya bisa sekitar US$ 50 saja. Pokoknya cukup signifikan lah," paparnya.
Mengutip data Asosiasi Piranti Lunak Telematika Indonesia, Harry mengatakan rata-rata ada kebutuhan 2000-3000 orang programmer dengan kemampuan Java per tahun. "Di Indonesia memang banyak yang tahu Java. Tapi kalau kita bicara kualitas, ya belum sesuai dengan standardisasi dari Sun," ujarnya.
Salah satu poin keunggulan JENI, ujar Matt, adalah adanya sertifikasi dan kurikulum yang diakui secara global. Matt pun yakin lulusan program JENI akan menjadi sumberdaya bernilai tinggi di perusahaan. "Bahkan beberapa di antara mereka akan memiliki ide yang hebat dan memilih untuk menolak tawaran kerja dan mengembangkan ide itu menjadi usaha sendiri.
Kita lihat setelah program ini berjalan, jumlah perusahaan software asal Indonesia akan bertambah," ujarnya yakin. Keterangan Foto: Gatot Hari Priowirjanto (kiri) dan Matt Thompson (kanan).
Sumber: Dokumentasi Sun Microsystem Indonesia. ( wsh / wsh )
No comments:
Post a Comment