Friday, April 20, 2007

Perlunya Sense of Humor dalam Kehidupan Kita


"Perlunya Sense of Humor dalam Kehidupan Kita" Wawancara dg Khairurrazi Sense of Humor atau rasa humor, konon, berguna untuk menghilangkan berbagai macam penyakit yg diderita umat manusia. Khususnya, penyakit yg berkaitan dg kejiwaan seperti stres, depresi, hipertensi, dll., penyakit-penyakit yg biasa diderita terutama oleh kalangan yg memiliki aktivitas tinggi: pria/wanita karir, akademisi, aktivis organisasi, dll. Begitu pentingnya soal humor ini sehingga di Barat banyak pakar yg menulis disertasinya dg topik seputar humor dan bahkan ada jurnal ilmiah yg didedikasikan untuk membahas khusus persoalan ini.

Di Indonesia, pakar humor masih termasuk langka dan jumlahnya masihdapat dihitung dg jumlah gigi nenek-nenek. Salah satunya adalah Jaya Suprana, direktur PT Jamu Jago, yg dikenal sebagai humorolog paling diakui sampai saat ini, di samping kolumnis beken almarhum Mahbub Junaidi. Di India, Khairurrazi menjadi salah satu humorolog (pakar humor) yg namanya sudah established di kalangan mahasiswa/masyarakat Indonesia.Khairurrazi, yg baru menyelesaikan program Masternya di Aligarh Muslim University (AMU) ini sering melakukan perjalanan keliling Aligarh-Delhi-Lucknow.

Saya beruntung dapat menemuinya dalam beberapakesempatan dan mewawancarainya. Berikut petikannya:

Mario Gagho (MG): Selamat siang Razi...Khairurrazi

(KR): (sambil mengedip-ngedipkan mata dan menjulur-julurkan lidah, maklum baru bangun tidur) Selamat siang Mario...

MG: Tampaknya Anda baru bangun tidur...

KR: Sudah jelas mata saya masih bele'an gini masih nanya lagi.. ya pastinya saya baru bangun tidur...

MG: Hehe maaf, tapi ini kan sudah siang, kok baru bangun?

KR: Yah, beginilah. Masa menunggu program Ph.D ini saya gunakan untuk banyak menulis sampai dini hari jadi ya.. bangunnya kesiangan terus.


MG: Memang menulis apa saja?

KR: Hm.. saya 'kan jadi koordinator PPI bidang Pendidikan dan Kajian Ilmiah yg salah satu kegiatannya menerbitkan buletin mingguan (terbit tiap jumat). Ini kan hari Kamis. Selain itu saya juga menterjemah buku-buku terbitan India, dan alhamdulillah satu buku sudah selesai.

MG: Oh gitu..buku apa saja yg diterjemah?

KR: Ya sebenarnya semua macam buku. Tapi, sesuai dg pesanan penerbit, saya menterjemah buku-buku yg berkaitan dg Islam.


MG: Kenapa tertarik menterjemah? Apa manfaatnya?

KR: Setelah banyak membaca, menulis dan menterjemah ternyata saya baru sadar bahwa wawasan dan kemampuan saya dalam expresi tulisan sangat lemah. Selama ini saya dan teman-teman berkonsentrasi hanya untukmendapat nilai tinggi dalam ujian, cepat lulus, bekerja dan cepat kawin (hahaha..). Ternyata asumsi saya salah...

MG: Maksudnya?KR: Ya, selama ini saya masih memakai pola pikir sewaktu di SMA dulu. Bahwa target utama dalam belajar adalah naik kelas dan lulus. Dg pola pikir ini, saya sudah merasa sangat puas dan bangga kalau saya mendapat nilai tinggi (at least, first division) di kelas. Saya pikir sekarang, target ini terlalu rendah.

MG: Mengapa demikian? Bukankah target lulus dan dapat nilai tinggi itu bagus?
KR: Tentu saja. Lulus itu hendaknya menjadi target utama dan paling penting, karena itu menjadi standar minimal keberhasilan studi kita. Tapi, kalau cuma ini targetnya, saya bisa mencapainya hanya dg belajar pas pada malem ujian saja. Maklumlah, jelek-jelek gini otak saya lumayan encer juga lho hahaha ...


MG: Apa ada dampak negatif dg target Anda yg terlalu 'rendah' itu?

KR: Ya jelas. Saya jadi merasa banyak sekali waktu kosong. Saya jadi bingung bagaimana memanfaatkan waktu kosong tsb. Karena bingung, akhirnya ya saya buat saja untuk santai-santai: yaa buat main kartu semalaman, main bilyar, ngobrol online dan offline, dll. Pokoknya, sekarang saya menyesal banget dah (wajahnya yg masih bele'an dan belum cuci muka menampakkan rasa sedih yg mendalam ...)

MG: Wah Razi, maafkan saya kalau pertanyaan saya membuat Anda sedih...

KR: Nggak kok.. saya tidak sedih karena pertanyaan Anda...


MG: Jadi?

KR: Saya sedih karena pingin kawin...

MG: Lho, kalau pingin kawin ya kawin saja.. mengapa mesti sedih?

KR: Itulah masalahnya. Saya menghadapi dilema.

MG: Dilema antara kawin dan nerusin kuliah?

KR: Itu salah satunya. Tapi yg terpenting, karena cewek yg saya sayang itu bukan WNI. Saya kan ingin meniti karir sebagai diplomat, seperti P.Dalton,P.Suhadi, P. Amar, Bu Niniek, itu lho. Sementara menikah dg non-WNI itu kan dilarang DEPLU...
MG: Oh gitu, emang gak ada wanita WNI yg cocok? Ingat Razi, dunia tidak selebar capathi...
KR: Ah ngomong sih gampang, praktiknya susaaahhh...


MG: Kenapa susah?

KR: Yah, setiap lelaki memiliki kriteria sendiri tentang tipe idaman dan ideal gadis impiannya. Dan bagi saya, semua kriteria idaman itu ada pada dia:hatinya baik, religiously committed, educated, bersahaja, tidak manja, sikapnya dewasa melebihi usianya, bermental baja, bisa diajak hidup susah..pokoknya passs sekali dah. Sayangnya, dia non-WNI itu. Ahhh... kacawwww (sambil garuk-garuk kepalanya yg tidak gatal dan langsung ngeloyor ke kamar mandi, "Mandi dulu ah, ngilangin suntuk," katanya mengakhiri perbincangan. Dari kamar mandi terdengar suaranya yg tidak merdu menyanyikan lagu favorit ciptaannya sendiri yg cuma satu baris: "Razi cinta +++++++++saaayaaaanggg...).


Cinta memang kosa kata unik yg telah melahirkan banyak pujangga dan penyair; yg picisan maupun yg beneran.----Pertemuan berikutnya terjadi menjelang Razi hendak berangkat ke KBRI untuk menghadiri acara resepsi lulusan 2003 - 2004 yg dihadiri seluruh mahasiswa Delhi dan sekitarnya (Agra, Aligarh, JNU, DU, dll) plus masyarakat Indonesia (diplomat dan non-diplomat). Gaya berdandan dan berpakaian Khairurrazi kali ini sangat rapi. Tapi, semua itu dilakukannya dg cepat. Kecuali menyisir rambut yg memakan waktu cukup lama,karena harus mirip dg gaya Tintin. "Semakin persis gaya rambut saya dg rambut Tintin semakin tinggi PD (percaya diri) saya," katanya kalem. Wawancara pun dilanjutkan. Kali ini agak serius.


HUMOR dan TUMOR


MG: Bisa dijelaskan sedikit seputar humor?

KR: Tentu, humor adalah kata-kata, perbuatan atau peristiwa yg bisa membuat syahwat tertawa kita bangkit.

MG: Apa humor itu bermanfaat dan perlu?

KR: Ya pasti. FRANK S Caprio dalam bukunya "How to Enjoy Yourself" mengatakan bahwa humor itu perlu bahkan penting untuk hidup. Begitu perlunya sampai Caprio menyamakannya dengan kebutuhan oksigen bagiparu-paru manusia. Cuma perlu diingat, bahwa humor itu ada dua macam: humor dan tumor.


MG: Lho, bisa dijelaskan lebih lanjut?

KR: Humor yg baik adalah yg bisa membuat kita tersenyum tanpa membuat orang lain sakit hati. Sedang tumor adalah kata-kata atau sikap yg lucu yg,disengaja atau tidak, akan membuat orang lain tersinggung atau sakit hati.

MG: Bagaimana cara membedakan antara humor dan tumor?

KR: Eee.. ini masalah yg sulit. Sulit membuat definisi yg jelas. Diperlukan selera humor dan sensitivitas tinggi pada perasaan orang lain untuk mengetahui apakah sebuah lelucon itu humor atau tumor. Seorangpehumor yg baik tidak akan tertawa ketika mendengar atau melihat sesuatu yg lucu yg mengandung unsur "tumor". Kemampuan kita untuk dapat membedakan antara humor dan tumor ini akan sangat berpengaruh pada level pergaulan kita. Semakin tinggi selera dan sensitivitas humor kita, maka kita akan semakin diterima oleh lingkungan sekitar. Intinya, timing kapan kita tertawa dan kapan kita tidak tertawa itu tak kalah pentingnya.Ini juga berkaitan dg level pendidikan dan wawasan kita. Selain itu, humor dan tumor sifatnya sangat kontekstual dan kondisional.


MG: Maksudnya?

KR: Artinya, bisa saja sebuah humor dianggap tumor di tempat, kondisi dan lingkungan tertentu. Dan bisa saja sebuah tumor dianggap humor dalam lingkungan dan kondisi yg berbeda; contoh: humor yg "jorok" (porno)akan lucu di lingkungan anak muda, tapi akan dianggap humor "sampah" di lingkungan tua atau formal. Di sini, diperlukan insting yg kuat untuk dapat membedakannya.
MG: Jadi humor sangat diperlukan dalam pergaulan?

KR: Ostosmastis lah. Anda lihat orang atau tokoh ygpergaulannya luas, pasti memiliki selera humor yg tinggi. Satu hal yg perlu dicatat, bahwa seorang pehumor tidak otomatis harus lucu seperti pelawak.


MG: Jadi?

KR: Yg paling penting adalah dia bisa mengapresiasi humor. Bisa tersenyum atau tertawa pada humor yg baik dan sehat dan bisa bersikap bijak dan berusaha menetralisir pada humor yg bersifat tumor.SENSE of HUMOUR atau SELERA HUMOR

MG: Tadi Anda menyinggung sedikit tentang sense of humor atau selera humor. Apakah selera humor itu bakat alam atau bisa diusahakan?

KR: Menurut Mike More, seorang humorolog dunia, selera humor itu "not inherited, it's learned" (bukan bakat, tapi dipelajari).

MG: Kalau begitu, bagaimana cara meningkatkan selera humor kita?

KR: Ada lima langkah, menurut Mike More, untuk meningkatkan selera humor. Yg paling penting, "menertawakan diri sendiri" (laugh at yourself).

MG: Menertawakan diri sendiri? Apa tidak dianggap gila 'ntar?

KR: Maksudnya bukan tertawa sendirian. Tapi,menceritakan kebodohan diri sendiri yg lucu pada orang lain. Contohnya seperti ketika kita ke KBRI pake auto-rikshaw dan meminta pak supir pake meter supaya lebih murah. Eh ternyata, malah jauh lebih mahal.Berarti pak supir lebih pinter dari kita. Kita yg sudah lulus program Master ternyata kalah pintar dg supir auto-riksha yg buta huruf.. hahaha.. Apa Andamasih ingat peristiwa yg mengesankan itu?

MG: Iya, ingat. Tapi, apa tidak malah merendahkan diri sendiri?

KR: Tidak. Justru sebaliknya, itu menunjukkan kerendahhatian kita. Artinya, kita mengakui bahwa sebagai manusia kita memiliki berbagai kekurangan disamping berbagai kelebihan. Ini akan membuat kita tidak terlalu meninggikan diri sendiri dan pada yg sama tidak terlalu merendahkan orang lain, walaupunsecara tampilan tampak lebih rendah. Para pakar humorolog dunia sepakat bahwa 'menertawakan diri sendiri' adalah level humor yg paling tinggi.

MG: Terus apalagi trik-trik untuk meningkatkan selera humor kita?

KR: Masih menurut Mike More, ada empat lagi. Pertama,sering baca cerita humor dan kartun. Kedua, tanamkan kondisi humor dan tawa di lingkungan kita. Ketiga, bergaul dg orang yg suka humor. Keempat, gunakan humor untuk menetralisir konflik, baik konflik dg teman maupun dg pacar/istri/suami.


MG: Razi, jawaban-jawaban Anda sangat memuaskan dan ilmiah. Apakah memang humor itu suatu hal yg ilmiah? Saya dengar bahkan ada jurnal internasional bergengsi yg mendedikasikan diri khusus membahas masalahhumor...

KR: Terima kasih atas pujiannya, Mario. Saya masih banyak belajar, kok. Awak nie apalah ya kan? hehehe Oh ya, memang soal humor ini dibahas serius secara ilmiah di Barat. Jurnal Humor yg Anda maksud itu adalahInternational Journal of Humor Research terbitan International Society for Humor Studies (ISHS), USA .


MG: Buku kajian humor apa yg paling menarik yg pernah Anda baca?

KR: Saya belum pernah membaca buku kajian humor yg berbahasa Indonesia. Tapi untuk yg terbitan Barat ada beberapa yg menarik. Seperti "Humor and personality in everyday life" karya Kenneth H. Craik--Aaron P. Ware;"Is sense of humor a positive personality characteristic?" karya Nickolas Kuiper--Rod A. Martin; "The ill side of humor: Pathological conditions andsense of humor" karya Giovannantonio Forabosco, buku yg saya sebut terakhir ini membahas masalah humor yg bersifat "tumor" itu dan masih banyak lagi yg lainnya.


MG: Ok, Razi, yg terakhir, apa pesan Anda terhadap masyarakat Indonesia di India?

KR: Ciptakan persatuan dg humor. Redakan konflik dg humor. Tingkatkan persahabatan antar berbagai kelompok, suku, dan agama dg humor. Rendahkan hati dan lapangkan dada dg humor. Pokoknya, humor zindabat...humor zabardast...hehehe. Satu lagi pesan saya: jalani karir dg hard work, dan sikapi dg humor.----Wawancara terakhir yg bertempat di luar gedung wisma duta dan dilakukan sambil mendengarkan penghitungan suara pemilu kedua itu pun berakhir dg obrolan panjang yg penuh canda dan tawa, membuat perut saya yg kembungair Bisleri dan telat makan siang jadi terkaget-kaget. Khairurrazi, yg saat ini sedang dalam proses program Ph.D-nya di Aligarh Muslim University, memang humoris dan sekaligus humorolog, teorisi dan praktisi humor.Tak heran, bila ia disukai kawan maupun "lawan". Banyak gadis yg mengelilinginya. Dan tidak sedikit orang tua yg ingin mengambilnya menantu. Humor bukan segalanya, tapi signifikansinya dalam karir danpergaulan memang tidak dapat dianggap remeh, to say the least. Dan Khairurrazi telah membuktikan itu.

No comments: