Tuesday, December 6, 2011

Inspirasi Dua Ekor Burung



Hari Minggu kemarin saya mendapat tugas menjadi narasumber pengganti dalam acara Pembinaan Kewirausahaan di Lingkungan Kemenag Kab. Bangkalan. Peserta yang sedianya untuk kalangan santri, namun yang hadir malah gurunya santri, ada kyai, ustad, pengurus pondok pesantren dan santri senior.

Awalnya memang agak nerves karena yang saya hadapi orang-orang yang dari segi keilmuan sudah mumpuni. Saya berpikir jangan-jangan saya akan 'nguyai segoro'. Saya coba opening materi dengan kisah sufi yang ketemu dengan dua ekor burung.

Ternyata materi awal ini menarik perhatian mereka, saya amati sebagian besar peserta kelihatan ingin tahu lebih lanjut tentang kisah sufi itu.


Ini kisahnya: Syaqiq al-Balkhisalah, sufi yang saleh, pergi berdagang dengan mengendarai Ontanya. Di tengah perjalanan, ia melihat burung yang lumpuh dan buta. Ia berpikir bagaimana burung itu dapat bertahan hidup?. Seketika itu pula ia melihat burung yang lain membawa makanan untuknya. Akhirnya, sang sufi yang saleh tersebut mengurungkan niatnya melanjutkan perjalanan untuk berdagang dengan anggapan burung buta dan lumpuh saja ada jaminan rezekinya apalagi manusia

Dalam perjalanan pulangnya ia berpikir bahwa bukankah Allah Maha pemberi rezeki? Bukankah ia Maha Kaya?. Bukankah Allah akan mengabulkan do’a-doa?. Rasanya Allah tidak akan membiarkan diriku dalam keadaan mati kelaparan

Kepulangan Syaqiq tersebut menimbulkan tanda tanya pada Gurunya, Ibrahim bin Adham yang juga seorang sufi besar. Mendengar penjelasan Syaqiq tentang burung yang lumpuh dan buta tersebut , Sang Guru Sufi, Ibrahim berkata, ''Aneh, engkau ini Syaqiq! Mengapa yang engkau contoh malah burung yang buta dan lumpuh, bukannya mencontoh burung lainnya yang suka memberi makan burung lumpuh itu?''

Syaqiq seketika tersadar bahwa ''tangan di atas'' lebih mulia daripada ''tangan di bawah''. Memberi sadaqah atau infak adalah tanda kemuliaan, sementara meminta-minta hanya akan membawanya ke lembah kehinaan.

Kemudian saya rangkai dengan filosofi orang bugis yang terkenal 'Tiba Sebelum Berlayar', coba saya floor ke audiens, ternyata belum banyak yang mengetahui. Filosofi para pendekar 'Menang Sebelum Bertanding' pun juga menjadi pelengkap materi. Selanjutnya dikaitkan dengan isi ayat empat surah 93 Adh Dhuha. Ayat ini adalah ayat tentang strategi mewujudkan set goal.

Di akhir pertemuan, ada sebagian peserta kurang puas, salah satu sebabnya ada gangguan pemadaman listrik, sehingga waktu presentasi terasa cukup singkat, dan cuaca yang cukup panas juga mengganggu konsentrasi acara. Sehingga ada peserta ingin mengundang lagi untuk lingkungan mereka sendiri.


No comments: