Thursday, May 5, 2011

Titip Konten Orientasi Pendidikan

TITIP KONTEN ORIENTASI PENDIDIKAN

Hampir setiap hari kita mendengar berita miring, entah dari tetangga, atau dari tayangan di TV, di koran, bahkan beberapa detik yang lalu saya membaca status FB seorang teman, sebagai berikut : Di Bojonegoro, anggota dewan kembali berulah yang memalukan. Mereka memakai JOKI TANDA TANGAN. Modusnya, mereka absen bolos sidang paripurna, tapi biar kalihatan aktif mereka nitip tanda tangan presensi ke rekan-rekannya (Jawa Pos, 5/5).

Sebelum saya menulis Catatan ini, saya juga membaca Catatan Teman lama saya, tentang kisah seseorang yang berubah cara hidupnya 180 derajat dibanding sebelumnya (http://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=10150173566094309&id=584459308&notif_t=feed_comment#!/notes/sri-hartojo/perlukah-kursus-hidup-/1766888496938). Alkisah ... Rasyid yang tadinya tergolong tidak taat ibadah, sombong, berubah menjadi dermawan rendah hati, saat mati suri dia diperlihatkan neraka yang begitu berat siksanya...

Selanjutnya menyimak Catatan Prof. Imam Suprayogo tentang diskusi terbatas. Dalam diskusi terbatas itu rupanya merupakan respon terhadap fenomena akhir-akhir ini, yaitu munculnya gerakan radikalisme, isu NII, dan lain-lain yang dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. http://www.facebook.com/notes/imam-suprayogo-dua/menengok-kembali-orientasi-dan-pelaksanaan-pendidikan-agama/10150178216614828.

Modus operandi joki tanda tangan kehadiran yang dilakukan oleh anggota Dewan di Bojonegoro menunjukkan perilaku curang. Kecurangan tidak hanya dilakukan oleh yang nitip tanda-tangan tetapi juga sekaligus dilakukan oleh temannya sendiri yang melakukan presensi palsu. Karena kecurangan dilakukan secara bersama, seolah olah mereka tidak merasa bersalah, dianggap wajar atau normal.

Di kota yang sama juga terjadi penyimpangan yang dilakukan oknum Kepala Sekolah. Kepala SMP (Swasta) Kedewan Bojonegoro ditangkap polisi karena terlibat perjokian UN. Dia menyusupkan 6 siswa palsu menggantikan siswa yang absen UN dengan imbalan Rp 50 ribu per soal yang dikerjakan. Kasus terungkap pada hari ke-3 ketika para joki tidak mau masuk ruangan karena merasa belum dibayar lunas (Jawa Pos, 28/4).

Sebetulnya hati nurani mereka tahu dan mengerti, kalau yang mereka lakukan salah. Namun karena peran dominan otak kiri yang sudah terbangun sejak sekolah dasar hingga lulus perguruan tinggi, mereka menonjolkan kebenaran logika. Logika mereka menggiring hasrat untuk melakukan penyimpanan dengan cara perjokian.

Sebaliknya seseorang yang tadinya sangat ego, sombong, dia yang tadinya tergolong tidak taat ibadah, (peran dominan otak kiri, cenderung individualis, mau menang sendiri) ternyata bisa berubah menjadi dermawan rendah hati, saat hati nurani mereka tersentuh oleh hal-hal diluar logika (saat mati suri dia diperlihatkan neraka yang begitu berat siksanya). Pak Rasyid bisa berubah peran dominan otak kanannya. Menjadi dermawan, rendah hati adalah salah satu aktualisasi dari ciri peran otak kanan.

Munculnya keresahan, kegelisahan dan kekhawatiran yang terus menerus menghantui kedamaian masyarakat kita, yaitu adanya teror bom, penculikan, radikalisme, berita cuci otak, isu NII, hal ini juga akibat dari semakin menguatnya pengaruh penggunaan otak kiri sekelompok tertentu dalam mewujudkan impiannya. Otak kiri cenderung mengajak seseorang untuk membesar-besarkan perbedaan dari pada kesamaan. Selama orientasi mereka masih tetap membesarkan perbedaan, maka sulit diharapkan mereka akan menjadi bagian dari warga NKRI yang baik. Dan yang lebih mengkhawatirkan lagi jika orientasinya itu diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Ini memang masih sebagian kecil cuplikan tentang dampak dari orientasi penggunaan peran otak kiri dan otak kanan. Tentunya kita harus yakin, bahwa kalau generasi kita mendatang akan menjadi generasi yang unggul, maka saya sangat setuju jika diwaktu yang akan datang terjadi perubahan orientasi pendidikan kita. Perubahan konten orientasi pendidikan yang lebih menitik beratkan dominasi peran otak kanan. Bukan berarti mengabaikan peran otak kiri, peran otak kiri tetap diperlukan tetapi peran otak lebih dikedepankan.

Bukankah dalam bahasa Inggris right yang bisa berarti kanan atau benar, sedang left bisa berarti kiri atau tertinggal. Untuk itulah maka saya titip perubahan kurikulum pendidikan yang berorientasi mendominankan peran otak kanan, agar generasi kita menjadi generasi yang benar (RIGHT) dan bukan generasi yang tertinggal (LEFT), generasi yang sopan dan bukan generasi yang arogan, generasi yang senang kebersamaan dan kesatuan dari pada generasi yang suka tawuran dan demo gak karu-karuan.

Semoga dengan perubahan orientasi konten pendidikan yang menonjolkan peran otak kanan, maka bisa dihasilkan generasi yang lebih banyak berprestasi dari pada generasi yang bermasalah. Semoga. Salam BSJ.

No comments: